Menantu Dewa Obat

Bab 1170



Bab 1170

Bab 1170 Siapa yang mau membantuku untuk mengambilkan kartunya?

Reva menarik nafas dalam – dalam lalu dengan perlahan dia mengulurkan tangannya ke dalam.

kotak kaca.

Gerakannya tidak cepat tetapi mantap.

Tidak lama kemudian, dia memilih kartu AS hati yang lebih dekat dengan posisi luar!

Melihat hal ini, sang pangeran tidak bisa menahan senyumnya.

Dia tahu bahwa mulai saat ini, Reva sudah kalah.

“Sekarang giliranku!”

Dia tersenyum sambil menatap ke gadis – gadis yang ada di sebelahnya: “Nona – nona cantikku, siapa diantara kalian yang mau membantuku untuk mengambilkan kartunya?”

Gadis–gadis ini hampir menangis karena ketakutan. Semua orang langsung menggelengkan kepalanya dengan putus asa.

Sang pangeran tampak kesal: “Nona, barusan kau bilang bahwa kau sangat mencintaiku. Kau bilang kau rela menerjang lautan api dan badai ombak demi untukku!”

“Sekarang aku hanya meminta kau untuk membantuku mengambilkan kartunya saja sudah tidak

mau?”

seorang wanita berubah pikiran!”

“Ckckck… cepat sekali seorang

“Tidak bisa, karena kau pernah bilang bahwa kau mencintaiku maka kau harus berkorban demi cinta ini!”

“ayo, ambilkan selembar untukku!”

Dia langsung menyuruh salah satu gadis itu mengambil kartunya.

Si gadis gemetaran karena merasa ketakutan lalu dengan terburu–buru dia berkata, “Pangeran. pangeran, kau ampuni aku….”

“Aku… aku berasal dari keluarga Henderson di kota Carson, demi… demi keluarga Henderson–ku, tolong kau ampuni aku….”

Sang pangeran langsung maju dan menjambak rambutnya kemudian menempelkan kepalanya ke mulut lubang kotak itu.

“Mau dari keluarga Henderson atau keluarga Robert pun aku tak peduli. Aku merasa terlalu malas untuk mendengarkan ucapan sampah macam itu!”

“Pergi dan ambilkan kartu itu untukku atau aku akan meletakkan wajahmu di mulut lubang ini agar kau mati dengan wajah jelek!”

Gadis itu langsung menjerit dan memohon kepadanya. Sambil berlutut dia berkata, “Pangeran, tolong kau ampuni aku. Kau boleh menyuruhku melakukan apa saja, tolong lepaskan aku, aku… aku akan melakukan apapun untukmu….”

“Akan melakukan apa saja untukku? Kalau begitu ambilkan kartu itu untukku!” ujar sang pangeran sambil tertawa.

Gadis itu langsung memohon: “Pangeran, aku… aku tidak berani. Aku akan lakukan apapun itu kecuali hal ini….”Content © NôvelDrama.Org.

“Kalau begitu kau sudah bohong kepadaku!” ujar sang pangeran dengan sangat marah. Dia langsung menjambak rambut si gadis dan mendorongnya ke mulut lubang kotak itu.

Pada saat ini tiba–tiba Reva bergerak dan menarik tangan sang pangeran.

“Apa yang kau lakukan?” tanya sang pangeran dengan suara kecil.

Ekspresi Reva tampak dingin. “Kau sendiri yang membuat permainannya, aturannya juga kau yang tetapkan sendiri tetapi pada akhirnya kenapa malah kau sendiri yang tidak mengikuti aturannya? Apa maksudnya ini?”

“Pangeran, kalau kau tidak sanggup mengikuti peraturannya lebih baik tidak usah main.”

“Kau bilang apa!” seru beberapa orang yang berada di belakang pangeran itu dengan marah.

Sang pangeran mengangkat tangannya untuk menghentikan orang–orang ini lalu sambil tersenyum tipis dia berkata, “Kau benar, aku harus mematuhi aturan yang aku buat sendiri.”

“Ini salahku. Seharusnya aku sendiri yang mengambil kartunya!”

Setelah mengatakan hal itu lalu sang pangeran langsung membenturkan kepala si gadis tadi ke sudut meja yang ada di sebelahnya.

Gadis itu langsung terjerembap ke lantai. Darah mengalir keluar dari kepalanya. Sepertinya dia tidak bisa bertahan hidup terlalu lama.

“Kau…” Reva langsung kesal. Tadinya dia ingin menyelamatkan nyawa si gadis itu.

Namun dia tak menyangka bahwa si pangeran ini akan begitu kejam.

“Mengoceh dan mengoceh terus. Membuat aku tidak punya mood untuk bermain lagi!” ujar sang pangeran sambil menyeka tangannya lalu sambil tersenyum dia berkata, “Hanya sedikit kekonyolan saja, maaf telah membuatmu menunggu. Nah, sekarang giliranku!”

Lalu

sang pangeran memasukkan tangannya ke dalam kotak kaca. Dia berputar – putar sebentar kemudian mengeluarkan sebuah kartu As tetapi itu adalah kartu As sekop.

Dalam permainan kartu, kartu As sekop lebih besar dari kartu As hati.

Reva lebih memperhatikan gerakan tangan sang pangeran. Dia tidak melambat dan ular berbisa itu tidak menggigitnya.

Dari sini dapat terlihat bahwa tangan sang pangeran ini pasti sudah dioles dengan sesuatu yang tidak disukai oleh ular – ular itu.

Kemudian Reva mengambil sebuah kartu lagi.

Kali ini, dia mengambil kartu K hati!

Sang pangeran tersenyum dengan ringan kemudian dia mengambil kartu K sekop!

Kemudian keduanya melanjutkan permainannya. Reva mengambil kartu Q hati dan sang pangeran mengambil kartu Q sekop.

Reva mengambil kartu J hati dan sang pangeran mengambil kartu J sekop!

Saat kartu terakhir dikeluarkan, sang pangeran tersenyum kemudian dia berkata, “Reva, aku ingatkan dulu yah, sekarang adalah waktu yang tepat untuk menghancurkan kartuku.”

“Kalau tidak, kita berdua akan mempunyai straight flush. Dan kartu sekop lebih besar dari kartu

hati!”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.