Bab 14
Bab 14 Nona Luna Dipersilakan Masuk Ke Hotel
Kompleks Anggrek.
Hari ini, Luna berdandan dengan cantik dan mengenakan baju baru.
Namun, dia masih terlihat miskin.
“Ardika, aku sudah selesai, ayo berangkat.”
Luna tersenyum dengan ceria. Meskipun Ardika tidak bisa memberikan pesta ulang tahun yang meriah, Luna sudah merasa puas selama mereka bisa bersama.
Ardika juga mengangguk sambil tersenyum. Ketika dia ingin menggandeng tangan Luna, Desi malah memukulnya.
Desi lalu berkata dengan kesal, “Kamu mau pergi makan warung pinggir jalan dengan si idiot ini?”
“Tuan Muda Tony sudah memesan hotel bintang lima untukmu, dia memesan satu meja seharga dua ratus juta.” Setelah itu, terdengar suara klakson yang keras.
Desi pun menunjukkan ekspresi gembira sambil berkata, “Tony sudah datang, Luna, ayo kita pergi.”
Ketika mereka turun ke bawah, mereka melihat Tony yang mengenakan jas putih sedang memegang satu buket mawar merah muda. Dia berdiri di samping mobil Maserati.
Melihat Luna turun ke bawah, dia segera mendekat.
“Luna, selamat ulang tahun. Ini adalah hadiah ulang tahunmu.”
Sambil berbicara, dia membuka satu kotak perhiasan. Di dalamnya tampak sebuah cincin berlian.
“Tuan Muda Tony, ini ….”
Luna mengenyit dan tampak bingung.
“Aduh, Tuan Muda Tony sedang melamarmu! Cepat terima ….”
Desi yang gembira pun mendorong Luna maju ke depan.
“Bu, kita masih belum pergi ke pesta ulang tahun yang kusiapkan, kenapa kalian buru-buru?” ucap Ardika sambil menarik tangan Luna.
“Baiklah, sepertinya idiot sepertimu nggak akan menyerah sampai akhir ….”
Desi yang sangat marah pun tertawa. Tony juga ikut berkata dengan ekspresi hina, “Baiklah, kita pergi ke pesta ulang tahun yang kamu siapkan dulu.”
Tony sudah menantikan kesempatan untuk menertawakan Ardika.
“Tapi, mobilku hanya muat tiga orang, bagaimana kamu pergi? Naik sepeda?”
“Nggak apa-apa, Ardika dan aku naik taksi saja,” ucap Luna sambil menggenggam tangan Ardika.
Dua mobil pun berjalan ke arah pinggiran kota.
Melihat mobil menjauh dari pusat kota, ekspresi Desi pun makin masam. Dia segera menelepon Luna.
Ketika ponsel tersambung, Desi langsung marah, “Ardika, bajingan kamu! Kamu bahkan nggak sanggup makan warung pinggir jalan, sekarang malah membawa kami ke desa.”
Tony yang sedang menyetir pun tersenyum dan berkata, “Bibi, aku khawatir bukan di desa, melainkan di dalam hutan.”
Luna tampak terkejut. Setelah Ardika mengambil ponsel dan menjelaskannya, Desi pun memutuskan teleponnya dengan kesal.
“Ardika, kita mau pergi ke mana?”
Luna juga deg-degan, dia khawatir Ardika akan menjadi bahan tertawaan.
“Kamu akan tahu setelah sampai ….”
…
Dua mobil tersebut akhirnya berhenti di depan pintu masuk Hotel Bintang Bulan.
Saat ini, pintu masuk hotel sudah dipenuhi bunga dan karpet merah yang panjang terbentang dari hotel. Kedua sisi karpet merah juga dipenuhi orang.
Ketika mereka turun dari mobil, Desi segera berlari ke arah Ardika dengan kesal.
“Ardika, penyakitmu kambuh lagi, ya? Ini adalah pesta ulang tahun yang diadakan oleh direktur utama Grup Angkasa Sura, kenapa kamu membawa kami ke sini?”
“Wulan dan yang lain juga ada di sini. Apakah kamu sengaja ingin membuat mereka mempermalukan kami?”
Tony juga berkata dengan niat jahat, “Ardika, jangan-jangan kamu ingin makan gratis di ulang tahun direktur utama? Kenapa kamu nggak memikirkan statusmu dulu? Memangnya kamu berhak masuk?”
Setelah itu, dia pun menoleh ke arah Desi dan berkata, “Bibi, lebih baik kita pergi ke hotel yang sudah kupesan ….”
Desi mengangguk.
Ekspresi Luna sudah menjadi pucat, dia tidak menyangka Ardika akan mengecewakannya.
Meskipun warung pinggir jalan atau makan di desa, Luna juga tidak masalah. Siapa sangka, Ardika malah membawanya makan gratis di ulang tahun orang lain.
“Oh, bukankah ini Luna? Kenapa kalian datang?”
Pada saat ini, suara Wulan pun terdengar.
Wulan mengenakan gaun pesta yang sangat mewah dan memakai kalung Hati Peri. Dia berjalan ke arah mereka bersama David.
Wulan lalu berkata dengan sinis, “Kalian nggak pergi makan warung pinggir jalan, ya? Jangan-jangan kalian ingin datang bertemu dengan direktur utama Grup Angkasa Sura?”
David juga berkata dengan hina, “Melihat tampang kalian yang miskin ini, sepertinya kalian juga nggak sanggup memberikan hadiah. Sepertinya kalian memang bukan datang untuk menarik investasi. Coba lihat hadiah yang kami bawa, mutiara malam seharga miliaran.”
David menggoyangkan kotak perhiasan di tangannya dengan bangga.
Ekspresi Luna juga sangat canggung. Content © provided by NôvelDrama.Org.
Kedua mata Desi juga memancarkan amarah yang sangat besar, seolah-olah ingin melahap Ardika.
“Siapa bilang kami datang untuk mencari investasi?”
Ardika menggenggam tangan Luna yang terasa dingin.
Bukan datang mencari investasi?
Setelah tertegun sejenak, Wulan pun berkata, “Selain mencari investasi, memangnya kalian datang untuk apa?”
Ardika lalu menatap Wulan dengan dingin sambil berkata, “Tentu saja datang merayakan ulang tahun Luna.”
Duar!
Setelah tertegun sejenak, semua orang langsung tertawa terbahak-bahak.
“Dasar idiot! Memangnya kamu kira dirimu siapa? Orang yang memesan tempat ini adalah direktur utama Grup Angkasa Sura.”
“Meskipun bekerja sepanjang hidup di proyek, pecundang sepertimu nggak berhak masuk ke tempat ini! Cepat pergi dari sini, orang-orang seperti kalian hanya mengotori penglihatan direktur utama saja.”
Mendengar cemooh dari orang-orang, Luna pun gemetar hebat dan hampir pingsan.
Desi juga tidak berani berada di tempat ini lagi.
“Dasar pecundang! Kamu harus cerai dengan anakku sekarang juga! Aku benar-benar merasa malu punya menantu sepertimu.”
Melihat Ardika dipermalukan, Tony tentu saja merasa senang.
Setelah mendengarnya, tidak sedikit orang yang mencemooh Ardika dan yang lainnya.
Pada saat ini, Tuan Besar Basagita berjalan maju dengan tongkat di tangannya. Dia pun berkata dengan kesal, “Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian membawa si idiot ke sini? Apakah kalian ingin keluarga lain menertawakan Keluarga Basagita?”
“Tuan Muda Tony sudah memberitahuku, kalau kita mengusir Ardika dari keluarga, Tuan Henry nggak akan meminta pertanggungjawaban kita lagi! Kalian berdua sudah tua, kenapa masih nggak tahu diri?”
“Ayah … kami ….”
Jacky ingin menjelaskan, tetapi langsung dipukul oleh Tuan Besar Basagita.
“Luna, kamu juga. Apa kontribusi yang diberikan Ardika kepada Keluarga Basagita? Dia bahkan nggak pantas dibandingkan dengan Tuan Muda Tony. Hari ini kamu ulang tahun, tapi dia malah membawamu ke tempat ini untuk dipermalukan.”
“Kenapa Keluarga Basagita bisa punya cucu seperti kamu?”
Tuan Besar Basagita sangat marah, Luna yang dimarahi juga hanya bisa menunduk.
Namun, detik selanjutnya, Luna pun mengangkat kepalanya dan berkata dengan tegas, “Kakek, aku nggak akan meninggalkan Ardika. Meskipun dia nggak bisa memberikan apa pun kepadaku, aku juga nggak akan meninggalkannya.”
“Kamu!”
Tuan Besar Basagita hampir pingsan karena sangat marah.
“Sial sekali! Kenapa aku punya anak seperti ini?”
Desi merasa sangat sedih, dia bahkan ingin berteriak di tempat.
Wulan hanya mendengkus dingin dari samping.
“Luna, nggak masalah kalau kamu dipermalukan sendiri, tapi kamu malah membuat seluruh Keluarga Basagita ikut dipermalukan! Hari ini, aku mesti menamparmu beberapa kali.”
Sambil berkata, Wulan pun mengangkat tangannya.
Pada saat ini, tiba-tiba terdengar kehebohan dari keramaian.
“Bukankah itu mobilnya Tuan Henry?”
Semua orang pun terkejut dan melihat ke arah tersebut. Mereka melihat sebuah mobil Rolls-Royce berwarna emas berjalan keluar dari hotel.
Ketika mobil berhenti, seorang pria paruh baya dengan wajah tegas turun dari mobil.
Orang itu tentu saja adalah Henry.
Ternyata pesta ulang tahun yang diadakan direktur utama juga mengagetkan seorang Henry.
Henry merapikan jasnya, kemudian memperhatikan sekitar dan berhenti di satu arah.
Semua orang langsung menahan napas mereka, karena aura yang dipancarkan oleh Henry sangat kuat.
Wulan yang sedang mengangkat tangannya juga tidak tahu bagaimana menarik kembali tangannya.
Pada saat ini, Henry pun bergerak.
Mengikuti langkahnya, tatapan ribuan orang juga mengikuti pergerakannya.
Pemandangan yang mengagetkan pun terjadi.
Ketika Henry melangkah ke depan, John, Bella dan bos yang lain langsung bergerak ke belakang Henry.
Suasana di sekitar langsung hening. Semua orang seolah-olah sudah kompak.
Tak lama kemudian, di depan Henry hanya menyisakan dua sampai tiga baris orang, termasuk anggota Keluarga Basagita.
Anggota Keluarga Basagita tentu saja ketakutan setengah mati, mereka tertegun dan tidak berani bergerak.
Luna dan keluarganya juga merinding.
“Mampus kita! Ardika si pecundang benar-benar mencelakai kita.”
Wajah Desi menjadi pucat karena ketakutan, dia juga hampir pingsan.
Wulan dan David saling bertatapan, mereka terlihat senang.
Sebelumnya, Ardika si pecundang itu mencuri kartu milik Henry, sekarang dia bahkan menjadi musuh semua orang.
Ardika pasti akan mati.
Tony ikut tersenyum sinis. Di benaknya sudah muncul bayangan Ardika yang sedang berlutut dan memohon kepadanya.
Henry merapikan bajunya, kemudian berjalan maju.
“Tak, tak, tak ….”
Di keheningan ini, suara langkah kaki Henry seperti palu yang mengetuk jantung semua orang.
Tatapan semua orang lanjut mengikuti pergerakannya.
Pada akhirnya, Henry kembali berhenti.
Detik selanjutnya, banyak orang yang sudah lupa bernapas dan benak mereka langsung kosong.
Ardika!
Henry berhenti di depan Ardika.
“Persiapan pesta ulang tahun Nona Luna sudah selesai.”
“Mohon masuk ke dalam hotel!”