Bab 79
3/3 Samt reaingat tatapan mata Harvey, Selena langsung menjawab, “Tidak.” “Bagusiak itu hanya disebabkan oleh virus. Nyonya sudah bisa pulang setelah beberapa hari disawat di rumah sakit
Hansen merasa lega, lalu mencoba menghiburnya lagi. Melihat Selena terus menundukkan kepalanya tanpa memberi respons, Hansen pun akhirnya pergi.
Selena sudah pernah menjalani biopsi kanker lambung, itu sudah menjadi penyakit yang tidak dapat dipungkiri lagi. Namun, hasil CT scan kali ini tidak mendeteksi sedikit masalah pun.
Dia hanya pernah menjalani kemoterapi sekali. Meskipun hasilnya bagus, tetapi tumornya hanya akam perlahan—lahan mengecil, bukan hilang dalam semalam.
Jelas sekali bahwa ada sesuatu yang salah dengan hasilnya pemeriksaannya. Satu-satunya orang yang bisa memanipulasi hasil pemeriksaan tersebut adalah orang dalam.
“Staple orang yang begitu berani melakukan hal semacam ini di depan mata Harvey?” tanya Selema dalam bati. “Siapa yang mungkin melakukannya? Agatha?”
Dia sudah membuat onar tentang masalah kuburan, sekarang dia ingin membuat masalah lagi dengan laporan pemeriksaan medis.
Meskipun tidak mungkin akan ada orang lain lagi selain dia, Selena selalu merasa masalah ini ada yang tidak beres. Jika bukan Agatha, berarti orang ini benar—benar menakutkan.
Banyak hal dalam dua tahun terakhir yang tampaknya kebetulan. Namun, ketika Selena memikirkannya kembali, rasanya janggal, seolah-olah ada orang yang sengaja memanipulasinya.
Sebenarnya Harvey dapat dengan mudah mendapatkan informasi tersebut, tetapi sekarang Harvey sudah merasa bahwa Selena adalah seorang penipu yang sedang mengarang cerita. Jika Harvey meminta banyak orang untuk menyelidikinya, hal itu hanya akan membuat Selena menjadi curiga
Selena tidak berani mengganggu Hansen, dia hanya bisa pergi menyelidiki dokter departemen radiologi sendiri
Rumah Sakit Jati Kasih kebetulan adalah milik Keluarga Osmond, dan Selena sudah tahu apa yang harus dilakukannya
Meskipun apa yang terjadi tadi malam telah dirahasiakan, tetapi informasi tersebut tetap tersebar 1/3
hingga ke telinga Darren.
Tanpa menunggu Selena mencarinya, Darren malah berinisiatif untuk datang mengunjunginya.
Darren berbeda dengan Hansen, Hansen berfokus pada penelitian dan pengembangan obat yang dibuatnya, sedangkan Darren yang belum lulus sudah berpraktek di rumah sakit mereka sendiri, dan menjadi direktur hanya dalam waktu tiga tahun.
Darren setidaknya sudah dapat menebak masalah yang terjadi antara Selena dan Harvey, tetapi dia masih tersenyum seperti angin sepoi-sepoi.
“Selena, aku benar—benar tidak menyangka kita bisa bertemu lagi secepat ini. Apakah kondisimu baik—baik saja?” “Demamku sudah mereda, terima kasih atas perhatianmu.” Wajah Selena masih sedikit pucat. Dia masih terbaring di ranjang pasien dan dia masih terlihat lemah saat berbicara.
Melihat bibirnya yang kering, Darren pun dengan lembut mengambilkan segelas air hangat dan menyerahkannya kepada Selena, lalu berujar dengan suara lembut, “Minumlah air agar terasa lebih segar.”
“Terima kasih.” Selena mengambil air itu dan meneguknya dengan cepat, lalu dia tersedak dan batuk karena menelan terlalu cepat.
Darren menyematkan bantal ke punggungnya, lalu dengan lembut menepuk punggungnya.
“Jangan terburu—buru, minumlah perlahan—lahan.”
“Kamu masih sama seperti dulu.” Wajah Selena sudah tidak terlihat marah lagi seperti saat melihat Harvey tadi.
Darren menatapnya dengan penuh belas kasihan, lalu mengajukan pertanyaan yang berasal dari dalam lubuk hatinya, “Saat itu kamu cuti kuliah demi Pak Harvey?”
Selena tersenyum tak berdaya dan menjawab, “Bukankah itu konyol? Aku mengira itu adalah masa depan yang cerah, sehingga aku mengambil keputusan dengan berani, tetapi ternyata itu adalah jurang yang tak berdasar.”
“Asalkan kamu mau terus berjalan, jalan yang buntu pun tetaplah jalan.” Darren dengan lembut berkata, “Hari-harimu masih panjang.”
Kehangatan yang ditunjukkan Darren masih seperti dulu, hal ini memberi sedikit keberanian kepada Selena. “Darren, mengingat kita adalah teman kuliah, bisakah kamu membantuku?”
*Katakan saja, asalkan aku bisa melakukannya, aku pasti akan melakukan yang sebisaku.”
Setelah melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada siapa-siapa, barulah Selena
merendahkan suaranya untuk menceritakan masalah yang terjadi secara garis besar.
Awalnya, Selena berpikir bahwa reaksi pertama Darren adalah menolak permintaan Selena demi menjaga citra rumah sakit. Darren mengambil hasil pemeriksaan medis Selena, lalu ekspresinya menjadi kurang hangat lagi dan tampak lebih serius.
“Jangan khawatir, Selena. Jika ada seseorang di rumah sakitku yang benar—benar berani melakukan pemalsuan data, aku pasti akan mengambil tindakan tegas.”Content property of NôvelDra/ma.Org.
Sesudah Selena mengungkapkan kekhawatirannya, Darren menepuk pundaknya sambil berkata, ” Tidak ada untungnya bagi rumah sakit jika hal ini sampai menjadi masalah besar, aku pasti akan menanganinya secara diam—diam dan memberikan penjelasan kepadamu.”
WW